Ibnu Bintang Setyawan
SMA NEGERI 1 CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG
Rabu, 18 Oktober 2017
Elemen Volta, Elemen Kering, dan Akumulato
Elemen Volta, Elemen Kering, dan Akumulator
A.
Elemen
Volta
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg2QEyboybGzEEUHsA5RoDsrrxnJ62Ilz364U9GjET7gQYK6LwHn8Y9HpZcT65qSdEsIBL4ei88IDMy-xrHBhiihl3hRlLjhECWqwuubpet9jb2A5qrF4pUwR1P0bwKac5c1Z5nmUKoQfw/s1600/images-elemen-volta.jpg](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg2QEyboybGzEEUHsA5RoDsrrxnJ62Ilz364U9GjET7gQYK6LwHn8Y9HpZcT65qSdEsIBL4ei88IDMy-xrHBhiihl3hRlLjhECWqwuubpet9jb2A5qrF4pUwR1P0bwKac5c1Z5nmUKoQfw/s200/images-elemen-volta.jpg)
I.
KOMPONEN
PENYUSUN
1. Plat tembaga (Cu) sebagai anoda atau
kutub positif.
2. Plat seng (Zn) sebagai katoda atau
kutub negative.
3. H2S04 encer sebagai larutan
elektrolit ( larutan yang dapat menghantarkan listrik).
II.
CARA
KERJA
Plat tembaga mempunyai potensial lebih tinggi mengakibatkan
setelah dihubungkan terjadi aliran electron dari plat seng ke plat tembaga, saat
didalam asam sulfat elektron dapat mengalir. Jika dipasang lampu diantara kedua
plat dengan menggunakan kawat, maka lampu akan menyala.
Hal ini
membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu menyala,
larutan elektrolit akan bereaksi dengan logam tembaga maupun seng sehingga
menghasilkan sejumlah elektron yang mengalir dari seng menuju tembaga. Adapun,
reaksi kimia pada elemen Volta adalah sebagai berikut.
Pada larutan elektrolit
terjadi reaksi
H2SO4 →
2H+ + SO42-
Pada kutub positif
terjadi reaksi
Cu + 2H+ →
polarisasi H2
Pada kutub negatif
terjadi reaksi
Zn + SO4 →
ZnSO4+ 2e
Reaksi kimia pada
elemen Volta akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2). Gas
hidrogen tidak dapat bereaksi dengan tembaga, sehingga gas hidrogen hanya
menempel dan menutupi lempeng tembaga yang bersifat isolator listrik. Hal ini
menyebabkan terhalangnya aliran elektron dari seng menuju tembaga maupun arus
listrik dari tembaga menuju seng. Peristiwa tertutupnya lempeng tembaga oleh
gelembung-gelembung gas hidrogen disebut polarisasi. Adanya polarisasi gas
hidrogen pada lempeng tembaga menyebabkan elemen Volta mampu mengalirkan arus
listrik hanya sebentar. Tegangan yang dihasilkan setiap elemen Volta sekitar
1,1 volt. Penggunaan larutan elektrolit yang berupa cairan merupakan kelemahan
elemen Volta karena dapat membasahi peralatan lainnya.
B. Elemen Kering / Baterai
Elemen Kering adalah suatu alat yang menghasilkan
energi listrik dengan proses kimia. Baterai juga merupakan elemen kering
primer, karena tidak dapat diisi ulang (disetrum). Dibuat pertama kali
pada tahun 1866, oleh kimiawan Perancis George Leclanche.
I.
KOMPONEN PENYUSUN
1. Batang arang atau karbon (C) sebagai
kutub positif (anode)
2. Mangan dioksida (MnO2)
dan serbuk karbon.
3. Lapisan seng (Zn) sebagai kutub
negative (katode)
4. Larutan elektrolit terbuat dari Amonia
klorida (NH4Cl).
5. Lapisan kuningan.
6. Karton
II. CARA KERJA
Batang arang ini mempunyai potensial yang lebih tinggi dari
pada seng. Kutub positif elemen kering ini adalah batang arang ( C ), sedangkan
kutub negatifnya adalah seng (Zn). Potensial kutub positif ini lebih tinggi
daripada potensial kutub negatif.
GGL yang diperoleh standar tiap baterai atau sel adalah 1,5
volt. Bila dua baterai kita serikan berarti memperoleh ggl 3 volt. Seperti
elemen Volta elemen kering termasuk elemen kimiawi yaitu mengubah energi kimia
menjadi energi listrik, Elemen Leclanche kering ini trermasuk elemen primer
sehingga apabila potensialnya habis, sudah tidak dapat digunakan lagi. Untuk
mengatasi kelemahan itu diciptakan baterai yang dapat disetrum lagi seperti
baterai alkali atau baterai nikel-besi yang dikembangkan oleh Thomas Alva Edison
tahun 1900, energizer dan lain-lain yang termasuk elemen sekunder.
Baterai disebut elemen
kering, karena elektrolitnya merupakan campuran antara serbuk karbon, batu
kawi, dan salmiak yang berwujud pasta (kering). Batang karbon (batang arang)
memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial rendah.
Jika kedua elektrode itu dihubungkan dengan lampu maka lampu akan menyala. Hal
ini membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu
menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan seng. Adapun, reaksi kimia
pada batu baterai adalah sebagai berikut.
Pada larutan elektrolit
terjadi reaksi
Zn + 2NH4Cl → Zn2+ +
2Cl + 2NH3 + H2 (ditangkap dispolarisasi)
Pada dispolarisator
terjadi reaksi
H2 + 2MnO2 → Mn2O3 +
H2O
Reaksi kimia pada batu
baterai akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2). Gas hidrogen
akan ditangkap dan bereaksi dengan dispolarisator yang berupa mangan dioksida
(MnO2) menghasilkan air (H2O), sehingga pada batu baterai tidak terjadi polarisasi
gas hidrogen yang mengganggu jalannya arus listrik. Bahan yang dapat
menghilangkan polarisasi gas hidrogen disebut dispolarisator. Adanya bahan
dispolarisator pada batu baterai, menyebabkan arus listrik yang mengalir lebih
lama. Setiap batu baterai menghasilkan tegangan 1,5 volt. Elemen kering (batu
baterai) banyak dijual di toko karena memiliki keunggulan antara lain tahan
lama (awet), praktis karena bentuk sesuai kebutuhan, dan tidak membasahi
peralatan karena elektrolitnya berupa pasta (kering).
C. Akumulator
Akumulator adalah sebuah sel atau elemen sekunder dan
merupakan sumber arus listrik searah yang dapat mengubah energy kimia menjadi
energy listrik. Aki termasuk elemen elektrokimia yang dapat mempengaruhi zat
pereaksinya, sehingga disebut elemen sekunder. Kutub positif aki menggunakan
lempeng oksida dan kutub negatifnya menggunakan lempeng timbale sedangkan
larutan elektrolitnya adalah larutan asam sulfat.
I. KOMPONEN PENYUSUN
1. Pemisah
2. Terminal
3. Pelat positif
4. Pelat negative
5. Batang penghubung
II. CARA KERJA
Akki (accumulator), akki terdiri dari sebuah bak kecil yang
terbuat dari karet keras atau kaca yang berisi larutan asam sulfat encer.
Di dalamnya terdapat dua kerangka P (positif) dan N (negatif) terbuat dari timbal (Pb) yang berlubang-lubang berbentuk segiempat. Lubang-lubang kerangka P diisi dengan timbal peroksida (PbO2) yang berupa lapisan berpori. Kerangka P ini berwarna coklat dan merupakan kutub positif akki. Kerangka N berisi lapisan timbal berpori (Pb), warnanya abu-abu dan merupakan kutub negatif akki. Ggl yang dihasilkan kedua kutub ini besarnya sekitar 2 volt.
Di dalamnya terdapat dua kerangka P (positif) dan N (negatif) terbuat dari timbal (Pb) yang berlubang-lubang berbentuk segiempat. Lubang-lubang kerangka P diisi dengan timbal peroksida (PbO2) yang berupa lapisan berpori. Kerangka P ini berwarna coklat dan merupakan kutub positif akki. Kerangka N berisi lapisan timbal berpori (Pb), warnanya abu-abu dan merupakan kutub negatif akki. Ggl yang dihasilkan kedua kutub ini besarnya sekitar 2 volt.
Bila akki mengalirkan arus listrik, maka lapisan timbal dan
timbal peroksida keduanya berubah sedikit demi sedikit menjadi timbal sulfat
(PbSO4), sehingga kemampuan akki untuk mengalirkan arus listrik
menjadi berkurang. Untuk memulihkan kembali kemampuan akki ini, maka akki harus
“diisi” kembali dengan cara menyetrumnya, yaitu dengan jalan mengalirkan arus
searah dari sumber arus, dengan arah yang bertentangan dengan arah arus yang
dialirkan oleh aki tersebut. Karena aliran listrik ini, timbal sulfat berubah
menjadi timbal dan timbal peroksida kembali.
http://sorayaberliana32.blogspot.co.id/2014/11/elemen-volta-elemen-kering-dan.html
1. Accumulator
Accumulator
sering disebut aki. Elektrode accumulator baik anode dan katode terbuat dari
timbal (Cu) berpori. Bagian utama akumulator, yaitu
1. kutub
positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2),
2. kutub
negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb),
3. larutan
elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%.
Proses Pengosongan
Accumulator
Pada saat accumulator
digunakan, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik dan terjadi
perubahan anode, katode dan elektrolitnya. Pada anode terjadi perubahan yaitu
timbal dioksida (PbO2) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Perubahan yang terjadi
pada katode adalah timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Adapun pada
larutan elektrolit terjadi perubahan, yaitu asam sulfat pekat menjadi encer,
karena pada pengosongan accumulator terbentuk air (H2O). Susunan akumulator
adalah sebagai berikut.
Kutub positif (anode)
terbuat dari timbal dioksida (PbO2).
Kutub negatif (katode)
terbuat dari timbal murni (Pb).
Larutan elektrolit
terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%.
Ketika accumulator
digunakan, terjadi reaksi antara larutan elektrolit dengan timbal dioksida dan
timbal murni sehingga menghasilkan elektron dan air. Reaksi kimia pada
accumulator yang dikosongkan adalah sebagai berikut.
Pada elektrolit :
H2SO4→2H+ + SO42–
Pada anode: PbO2 + 2H+
+ 2e + H2SO4 →PbSO4+2H2O
Pada katode : Pb +
SO42–→ PbSO4
Pada saat accumulator
digunakan, baik anode maupun katode perlahan-lahan akan berubah menjadi timbal
sulfat (PbSO4). Jika hal itu terjadi, maka kedua kutubnya memiliki potensial
sama dan arus listrik berhenti mengalir. Terbentuknya air pada reaksi kimia
menyebabkan kepekatan asam sulfat berkurang, sehingga mengurangi massa jenisnya.
Keadaan ini dikatakan accumulator kosong (habis).
Proses Pengisian
Accumulator
Accumulator termasuk
elemen sekunder, sehingga setelah habis dapat diisi kembali. Pengisian
accumulator sering disebut penyetruman accumulator. Pada saat penyetruman accumulator
terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Perubahan yang terjadi
pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal dioksida (PbO2).
Perubahan pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal murni
(Pb). Kepekatan asam sulfat akan berubah dari encer menjadi pekat, karena
ketika akumulator disetrum terjadi penguapan air.
Untuk menyetrum
accumulator diperlukan sumber tegangan DC lain yang memiliki beda potensial
yang lebih besar. Misalnya akumulator 6 volt kosong harus disetrum dengan
sumber arus yang tegangannya lebih dari 6 volt. Kutub-kutub akumulator
dihubungkan dengan kutub sumber tegangan. Kutub positif sumber tegangan
dihubungkan dengan kutub positif akumulator. Adapun, kutub negatif sumber
tegangan dihubungkan dengan kutub negatif akumulator. Rangkaian ini menyebabkan
aliran elektron sumber tegangan DC berlawanan dengan arah aliran elektron
accumulator.
Elektron-elektron pada
accumulator dipaksa kembali ke elektrode accumulator semula, sehingga dapat
membalik reaksi kimia pada kedua elektrodenya. Agar hasil penyetruman
accumulator lebih baik, maka arus yang digunakan untuk mengisi kecil dan waktu
pengisian lama. Besarnya arus listrik diatur dengan rheostat. Pada saat
pengisian terjadi penguapan asam sulfat, sehingga menambah kepekatan asam
sulfat dan permukaan asam sulfat turun. Oleh sebab itu, perlu ditambah air
accumulator kembali. Susunan accumulator yang akan disetrum (diisi) dalam
keadaan masih kosong, yaitu
Kutub positif (anode)
terbuat dari timbal dioksida (PbSO4),
Kutub negatif (katode)
terbuat dari timbal murni (PbSO4),
Larutan elektrolit
terbuat dari asam sulfat (H2SO4) encer.
Reaksi kimia saat
accumulator diisi, yaitu
Pada elektrolit : H2SO4
→2H+ + SO42–
Pada anode : PbSO4 +
SO42– + 2H2O→ PbO2 + 2H2SO4
Pada katode: PbSO4 +
2H+ → Pb + H2SO4
Jadi, saat penyetruman
accumulator pada prinsipnya mengubah anode dan katode yang berupa timbal sulfat
(PbSO4) menjadi timbal dioksida (PbO2) dan timbal murni (Pb).
Written By Maulana
Affan on Selasa, 03 Desember 2013 | 14.10
Langganan:
Postingan (Atom)